Langsung ke konten utama

Kalau Anak Sakit, Info Yang Sangat Berguna dan Penting

Yang namanya anak sakit, pasti bikin bingung dan sedih. Masih inget waktu pertama kali anak demam dulu di umur 6 bulanan. Sampai dibela-belain ijin gak masuk kantor karena mau jagain anak dan bawa ke dokter. Kalo masuk kantor pun pasti kepikiran (#alibi).

Saya sendiri lebih senang tidak sedikit-sedikit kasih obat kalau anak sakit. Memang kita seolah jadi tenang kalau kasih obat, tapi efeknya seringkali hanya sementara (suhu tubuh turun sementara, batuk reda sementara, dll.), tapi penyakit malah lebih lama perginya. Tentu bukan berarti anak dibiarkan, tapi kita tetap ambil tindakan-tindakan yang diperlukan, hanya saja bukan bergantung pada obat-obatan.

Di bawah ini ada gambar-gambar yang saya dapat dari Internet yang sangat berguna bagi orang tua untuk menghadapi anak yang sedang sakit.

Pelajaran-pelajaran penting yang saya dapat selama ini tentang anak sakit:


  1. Demam itu adalah gejala, bukan penyakitnya. Penyakitnya sendiri bisa macam-macam. Seringkali kita buru-buru kasih obat penurun panas, dan merasa tenang ketika suhunya turun. Padahal itu bukan berarti penyakitnya sudah pergi. Justru terlalu buru-buru kasih obat penurun panas akan memperlambat kerja antibodi tubuh yang butuh menaikkan suhu untuk melawan virus. Yang ada kita jadi berkali-kali memberi anak obat penurun panas dalam sehari, tapi penyakit tak kunjung pergi. Pernah saya coba treatment anak yang demam dengan essential oil untuk mengompres dan merangsang antibodinya. Anak malah lebih cepat sembuhnya, bahkan pernah satu hari sudah sembuh.
  2. Ketika anak sakit flu batuk dan pilek, bukan berarti batuk dan pileknya harus segera diredam. Batuk adalah mekanisme tubuh untuk mengeluarkan dahak, dan ini adalah aktivitas tubuh yang produktif. Seringkali kita merasa kasihan melihat anak batuk-batuk dan pilek, sehingga buru-buru memberi obat batuk/flu untuk meredamnya. Tapi justru ini akan menghambat proses dahak keluar dari tubuh. Inilah mungkin yang membuat banyak orang tua mengeluh sakit batuk/pilek anaknya tidak sembuh-sembuh, bahkan bisa sampai sebulan lebih (saya juga pernah mengalami dengan Rei). Ternyata waktu saya coba treatment tanpa obat, dan hanya menggunakan essential oil, anak bisa sembuh hanya dalam waktu satu mingguan. Memang si anak tetap batuk-batuk, malah kadang menghebat di hari-hari pertama. Tapi selang satu mingguan, batuk-pilek anak bisa benar-benar bersih.
Itulah pentingnya iqra alias sering baca, supaya kita punya bekal pengetahuan biar gak terlalu panik waktu anak sakit. Sekarang sudah gak sepanik dulu, karena sedikit banyak sudah tahu ilmunya. Yang bikin panik malah biasanya lingkungan kiri-kanan.

Ayo dibaca!












Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Tangki Cinta Anak

Ini adalah tulisan yang saya rangkum dari Bab 1-2 buku "Hypnotherapy for Children" karya Adi W. Gunawan, seorang ahli hipnoterapi. Penjelasan teori dalam buku tersebut banyak membukakan mata saya mengenai apa yang sebenarnya menjadi "akar permasalahan" ketika perilaku anak kita bermasalah. Ini sangat membantu saya memahami anak dan bagaimana saya harus bersikap dan memperlakukan anak. Bagi saya ini bukan hanya sekedar teori. Tidak ada yang mengatakan menjadi orang tua itu gampang, tapi tidak ada yang mustahil untuk ditangani selama kita berpikir positif. Karena itu saya pribadi selalu membaca dan membekali diri saya dengan ilmu parenting sebanyak-banyaknya, sambil tidak lupa selalu melakukan introspeksi diri dan open-minded , yaitu berusaha tidak menyangkal jika ada masalah dan mengakui jika kita melakukan kesalahan. Jika orang tua selalu dalam posisi  denial , sesungguhnya anak juga lah yang akan jadi korban, dan itu akan menjadi bumerang bagi orang tuanya se...

Cerita Setelah 4 Bulan Sekolah di Preschool HS

Tahun lalu kami sempat sangat sedih ketika mengetahui anak pertama kami, Rei (saat ini 4 tahun), ditolak masuk di sekolahnya yang sekarang. Tapi sepertinya memang Allah sudah punya rencana lain. Banyak hikmah positif yang bisa diambil dari peristiwa itu. Hikmah pertama, kami jadi berusaha lebih keras untuk mengejar “ketertinggalan” yang dialami Rei. Dari mulai mengurangi dan akhirnya menghentikan gadget, lebih banyak berinteraksi dua arah dengannya, sampai berusaha membuat bicaranya menjadi lebih jelas, bahkan lewat ahli terapi wicara. Alhamdulillah, Rei berhasil dan dinyatakan diterima di percobaan masuknya yang kedua di tahun berikutnya. Hikmah kedua adalah, kami jadi bisa lebih membandingkan hasil pendidikan antara sekolah yang satu dengan yang lainnya, dan menilai mana kurikulum yang memberikan hasil yang lebih nyata. Dan dengan begitu juga kami bisa lebih yakin apakah kami sudah membuat keputusan yang tepat. Untuk anak kedua, kami jadi bisa lebih siap dan tidak perlu melakukan...

Proses Lebih Penting daripada Hasil (Kaitannya dengan Pola Asuh Anak)

Pola pikir yang lebih mementingkan HASIL ketimbang PROSES sepertinya memang sudah sangat mendarah daging di masyarakat kita. Dari hal kecil yang bisa kita temui sehari-hari, sampai hal besar, semua mencerminkan kalau ‘kita’ memang lebih senang langsung menikmati hasil, tapi enggan atau malas melewati prosesnya. Ini artinya lebih banyak orang yang tidak sabar, cenderung ambil jalan pintas, dan mau gampangnya saja, yang penting hasilnya tercapai. Hasil memang penting, tapi proses untuk mencapai hasil itu lebih penting lagi. Gak percaya? Tidak usah jauh-jauh. Untuk mendapat nilai A di sekolah, banyak cara yang bisa ditempuh. Lebih baik mana, si Ali yang belajar sungguh-sungguh, atau si Mawar yang mendapat nilai atas hasil mencontek? Dua-duanya sama mendapat nilai A. Tapi proses untuk mencapai nilai A itu yang membuat si Ali jauh lebih berkualitas dibanding si Mawar. Di dunia nyata pasti akan kelihatan ketika mereka harus mengimplementasikan ilmu yang mereka miliki. Memang sudah ...