Langsung ke konten utama

Ikut Seminar Money Mastery Game Bersama Tung Desem Waringin

Dengan niat mencari ilmu demi perencanaan keuangan untuk masa depan keluarga, hari Minggu kemarin, 26 April 2015, saya iseng ikut seminar bertajuk "Money Mastery Game" yang dibawakan oleh motivator terkenal Tung Desem Waringin (TDW). Sudah lama saya mendengar nama besar TDW, dan banyak yang bilang seminarnya bagus, bahkan konon orang rela antri untuk ikut. Makanya saya jadi penasaran. Apalagi disebut seminar ini diperuntukkan bagi yang mau meningkatkan penghasilannya... Wow, mata saya langsung hijau!

Di hari H, saya datang ke lokasi seminar di Gajah Mada Plaza, Jakarta, di Wedding Hall lantai 7 (saya juga baru tahu kalau di GM Plaza ada Wedding Hall). Pesertanya ternyata lumayan banyak, mungkin hampir 500 orang. Seminar dijadwalkan mulai jam 9 pagi dan selesai jam 5 sore.  Tapi ternyata seminar molor belum selesai juga sampai lewat jam 5 sore. Saya memutuskan untuk pulang jam 5.30, karena sudah tidak ada yang menarik menurut saya. Terus terang seminar ini tidak sesuai dengan ekspektasi saya, alias mengecewakan.

Sebetulnya banyak ilmu dan poin-poin bagus yang disampaikan oleh TDW. Apalagi beliau membawakan dengan penuh semangat, mengalir, dan tidak membosankan. Tapi saya merasa biaya seminar 2,5 juta rupiah kok sepertinya gak sepadan dengan apa yang saya dapat. Bukan karena TDW-nya. Beliau sangat bagus. Tapi saya kecewa karena ternyata seminar ini banyak sekali sisipan iklannya, yaitu para sponsor yang ikut presentasi dan memakan waktu cukup lama. Materinya juga sepertinya sengaja oleh panitia diulur-ulur penyampaiannya. Sampai jam 5 sore, mungkin baru setengah dari keseluruhan materi yang disampaikan. Di penghujung jam 5-an malah kesannya seminar ini cuma mau mempromosikan seminar lain yang akan diadakan di Singapura dengan pelatih (coach) terkenal dari Amerika, Tony Robbins (tokoh panutan TDW). Pantas materinya seperti diulur-ulur, ternyata ini hanya preview dari seminar yang di Singapura, pikir saya. Sayangnya biaya seminar di Singapura itu cukup fantastis, berkisar 70 juta sampai 120 jutaan rupiah, bikin nyesss dada saya.

Yah kesimpulannya gak ada yang bikin saya "wow" dari seminar ini (kecuali waktu mendengar harga seminar Tony Robbins di Singapura itu).

Ok, cukup dengan keluh kesahnya. Bukan berarti tidak ada ilmu-ilmu positif yang saya dapat dari TDW, cukup banyak. Ada baiknya saya tulis kembali supaya bisa saya ingat dan berguna:
  1. Uang bukanlah yang nomor satu dalam hidup, tapi uang adalah sarana penting untuk bisa menjalani yang nomor satu dengan baik (nomor satu dalam hidup maksudnya seperti: kesehatan, keluarga, anak, dst.)
  2. The art of living is giving. Banyaklah memberi kepada orang lain, karena Tuhan akan memberi balasan beribu-ribu kali lipat. Menurut TDW, dalam memberi seharusnya bukan "Biar kecil asal ikhlas", tapi "Ikhlas atau tidak, yang penting besar".
  3. Jika medapat uang atau penghasilan, jangan digunakan dan dihabiskan semua tapi selalu sisihkan terlebih dahulu untuk: tabungan, investasi, beramal, baru sisanya dinikmati.
  4. Jika mau kaya, berinvestasilah. Dan investasi yang paling utama adalah investasi untuk 'leher ke atas' yaitu ilmu dan pengetahuan, alias belajar tiada henti.
  5. Rencanakanlah masa depan, buatlah target untuk setahun ke depan, sepuluh tahun ke depan, dst. Rencana harus: spesifik, positif, dan tertulis. Menurut penelitian sebuah universitas di Amerika, orang yang menuliskan rencana dan target masa depannya, 78% lebih mungkin tercapai. Jangan lupa untuk selalu review target kita itu setiap tahun.
  6. Mau ternak uang? Sisihkan dan simpan di reksadana, uang akan berkembang dengan sendirinya. Keunggulannya: return lebih tinggi dibanding tabungan atau deposito, dan tidak kena pajak. Syaratnya, rajin setor, dan kalau bisa ditambah 10% setiap tahunnya. Dari ilustrasi yang ada, jika sekarang kita punya uang 500 juta dan disimpan di reksadana yang return-nya 8%, maka jika tiap tahun kita tambah 20 juta, maka dalam 30 tahun uang bisa berkembang menjadi 30-an milyar. Investasi reksadana ini juga lebih aman dibanding saham karena bersifat indeks saham atau portfolio (kumpulan saham).
  7. Jadilah yang terbaik dalam apapun yang kita kerjakan. Jika ingin cepat berhasil, belajarlah dari orang lain yang sudah lebih dulu berhasil, bahkan kalau bisa ajaklah orang itu bekerja sama.
  8. Semboyan Tung Desem Waringin: "Hidup hanya 1 kali, hiduplah dengan dahsyat. Saya mbahnya dahsyat"
  9. Selalu mengajukan pertanyaan akan apa yang akan kita hadapi, tapi hati-hati jangan sampai pertanyaannya salah. Misal jika kita punya usaha atau bisnis, jangan bertanya "Kalau bangkrut nanti bagaimana?", tapi pertanyaan yang benar adalah "Bagaimana supaya tidak bangkrut?"
  10. Hidup itu penuh dengan probabilitas. Jika kita tidak pernah mencoba, probabilitas untuk berhasil adalah 0. Maka jangan ragu untuk banyak mencoba.
  11. Jangan hanya mengandalkan active income, tapi berusahalah untuk punya passive income juga. Contoh passive income: sewa apartemen, kontrak rumah, kos-kosan, punya usaha yang dijalankan orang lain. Jika hanya mengandalkan active income, maka ekonomi kita/keluarga kita akan ambruk begitu active income itu mendadak terhenti (misal kita sakit keras, meninggal, dsb.)
  12. Jika ada dana lebih, jangan serta merta membeli barang mahal seperti gadget, efek senangnya hanya sebentar. Setahun kemudian harganya sudah jatuh. Lebih baik belilah experience atau pengalaman, misalnya jalan-jalan ke luar negeri atau suatu tempat. Pengalaman tersebut akan terbawa terus sampai kita tua.
  13. Ada kalanya kita perlu untuk menunda kesenangan, demi menuai yang lebih baik di masa yang akan datang. Misalnya kita tidak bersenang-senang dulu nongkrong-nongkrong di kafe setiap malam minggu, demi uangnya bisa ditabung dan dipakai untuk yang lebih bermanfaat. Dalam setahun tidak terasa uang yang terkumpul sudah banyak. TDW sendiri dulu selalu berusaha irit terhadap pengeluaran ruti bulanan, beliau tidak pernah langganan tv kabel sejak dulu, baru awal tahun ini mulai berlangganan. Namun untuk amal beliau selalu berusaha untuk rutin dan kalau bisa selalu ditambah.
  14. Jika ingin terjun ke investasi saham, ada pola-pola pergerakan saham yang bisa dipelajari. Sir John Templeton, seorang investor saham kelas kakap dari Inggris, tidak pernah gagal berinvestasi saham selama 28 tahun karena beliau sudah menguasai pergerakan saham sedemikian rupa, sehingga tahu kapan harus membeli, menjual, maupun cut-loss.
  15. "High Risk High Gain" itu sudah biasa, tapi sekarang jamannya "Low Risk, High Gain", itulah namanya berinvestasi, bukan berjudi (gambling). Pilih investasi yang memiliki resiko asimetris (asymmetric risk) yang artinya beresiko rendah tapi memberi keuntungan tinggi. Salah satu contohnya adalah ketika harga saham turun, maka itu saatnya membeli.
  16. Proteksi dari asuransi juga sangat penting. Jangan sampai kalau kita sakit keras atau kecelakaan atau terkena musibah lain, harta kita terkuras untuk membiayai sakit atau pemulihannya, sehingga apa yang sudah kita dapatkan dan bangun sekian lama selama ini hilang begitu saja. Asuransi dapat mengantisipasi hal tersebut.
  17. Sombong itu ada 3 macam. Pertama, sombong yang kosong alias bohong. Kedua, sombong karena hanya ingin pamer terlihat lebih dari orang lain. Ketiga, sombong yang menginspirasi. Yang boleh adalah sombong yang terakhir, dan itulah yang TDW selama ini lakukan.
  18. Berusahalah untuk selalu bersikap dan berbahasa tubuh yang positif, karena dengan begitu energi positif akan serta merta hinggap ke kita, dan kita akan menjadi lebih optimis, lebih merasa bahagia, yang ujung-ujungnya bisa menghasilkan kesuksesan. Contoh: berjalanlah dengan sikap tegak dan dagu ke atas, jangan menunduk dan lemas seperti orang sakit.
Memang sih materi yang disampaikan terasa mengambang dan kurang konkret. Tapi mungkin memang itu tujuan seminar-seminar seperti ini, hanya menginspirasi dan memotivasi. Sementara untuk aplikasi riilnya harus cari tahu lebih jauh sendiri.

Saya sendiri sudah menjalankan beberapa hal yang disebutkan di atas sejak lama, seperti selalu menyisihkan dulu pendapatan sebelum membelanjakannya, dan berinvestasi di reksadana untuk masa depan. Investasi ilmu juga sangat penting, dan saya berusaha keras agar anak-anak saya bisa mendapat pendidikan yang terbaik. Tapi yang belum saya punya adalah passive income. Mungkin sudah saatnya saya membuat rencana yang lebih konkret untuk masa depan saya.

Akhir kata, semoga tulisan ini juga bisa menginspirasi. Salam dahsyat!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Tangki Cinta Anak

Ini adalah tulisan yang saya rangkum dari Bab 1-2 buku "Hypnotherapy for Children" karya Adi W. Gunawan, seorang ahli hipnoterapi. Penjelasan teori dalam buku tersebut banyak membukakan mata saya mengenai apa yang sebenarnya menjadi "akar permasalahan" ketika perilaku anak kita bermasalah. Ini sangat membantu saya memahami anak dan bagaimana saya harus bersikap dan memperlakukan anak. Bagi saya ini bukan hanya sekedar teori. Tidak ada yang mengatakan menjadi orang tua itu gampang, tapi tidak ada yang mustahil untuk ditangani selama kita berpikir positif. Karena itu saya pribadi selalu membaca dan membekali diri saya dengan ilmu parenting sebanyak-banyaknya, sambil tidak lupa selalu melakukan introspeksi diri dan open-minded , yaitu berusaha tidak menyangkal jika ada masalah dan mengakui jika kita melakukan kesalahan. Jika orang tua selalu dalam posisi  denial , sesungguhnya anak juga lah yang akan jadi korban, dan itu akan menjadi bumerang bagi orang tuanya se...

Cerita Setelah 4 Bulan Sekolah di Preschool HS

Tahun lalu kami sempat sangat sedih ketika mengetahui anak pertama kami, Rei (saat ini 4 tahun), ditolak masuk di sekolahnya yang sekarang. Tapi sepertinya memang Allah sudah punya rencana lain. Banyak hikmah positif yang bisa diambil dari peristiwa itu. Hikmah pertama, kami jadi berusaha lebih keras untuk mengejar “ketertinggalan” yang dialami Rei. Dari mulai mengurangi dan akhirnya menghentikan gadget, lebih banyak berinteraksi dua arah dengannya, sampai berusaha membuat bicaranya menjadi lebih jelas, bahkan lewat ahli terapi wicara. Alhamdulillah, Rei berhasil dan dinyatakan diterima di percobaan masuknya yang kedua di tahun berikutnya. Hikmah kedua adalah, kami jadi bisa lebih membandingkan hasil pendidikan antara sekolah yang satu dengan yang lainnya, dan menilai mana kurikulum yang memberikan hasil yang lebih nyata. Dan dengan begitu juga kami bisa lebih yakin apakah kami sudah membuat keputusan yang tepat. Untuk anak kedua, kami jadi bisa lebih siap dan tidak perlu melakukan...

Proses Lebih Penting daripada Hasil (Kaitannya dengan Pola Asuh Anak)

Pola pikir yang lebih mementingkan HASIL ketimbang PROSES sepertinya memang sudah sangat mendarah daging di masyarakat kita. Dari hal kecil yang bisa kita temui sehari-hari, sampai hal besar, semua mencerminkan kalau ‘kita’ memang lebih senang langsung menikmati hasil, tapi enggan atau malas melewati prosesnya. Ini artinya lebih banyak orang yang tidak sabar, cenderung ambil jalan pintas, dan mau gampangnya saja, yang penting hasilnya tercapai. Hasil memang penting, tapi proses untuk mencapai hasil itu lebih penting lagi. Gak percaya? Tidak usah jauh-jauh. Untuk mendapat nilai A di sekolah, banyak cara yang bisa ditempuh. Lebih baik mana, si Ali yang belajar sungguh-sungguh, atau si Mawar yang mendapat nilai atas hasil mencontek? Dua-duanya sama mendapat nilai A. Tapi proses untuk mencapai nilai A itu yang membuat si Ali jauh lebih berkualitas dibanding si Mawar. Di dunia nyata pasti akan kelihatan ketika mereka harus mengimplementasikan ilmu yang mereka miliki. Memang sudah ...