Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Menjadi Orang Tua Adalah Ujian Kedewasaan Sesungguhnya

Menjadi orang tua adalah ujian kedewasaan sesungguhnya... Jangan berharap segala sesuatu bisa berjalan sesuai dengan harapan dan rencana. Bersiaplah selalu untuk menghadapi kejutan-kejutan, baik kejutan pahit maupun manis... karena hal itu pasti akan terjadi... PASTI! Berharap si kecil sudah bisa berjalan tepat di usia 1 tahun... ternyata tidak. Berharap si kecil sudah lancar dan jelas bicaranya di usia 2 tahun... ternyata belum. Berharap si kecil selalu menurut dan manis di depan kita... ternyata yang ada selalu penolakan dari mulut kecilnya. Sebaliknya, Ketika kita mengira si kecil akan kesulitan naik sepeda roda tiga... ternyata dia begitu cepat menguasai mainan barunya. Ketika kita mengira si kecil akan rewel ketika bertemu orang banyak... ternyata dia cukup nyaman. Ketika kita mengira si kecil tidak bisa makan sendiri... ternyata dia begitu cepat menguasai makanannya sendiri.

Proses Lebih Penting daripada Hasil (Kaitannya dengan Pola Asuh Anak)

Pola pikir yang lebih mementingkan HASIL ketimbang PROSES sepertinya memang sudah sangat mendarah daging di masyarakat kita. Dari hal kecil yang bisa kita temui sehari-hari, sampai hal besar, semua mencerminkan kalau ‘kita’ memang lebih senang langsung menikmati hasil, tapi enggan atau malas melewati prosesnya. Ini artinya lebih banyak orang yang tidak sabar, cenderung ambil jalan pintas, dan mau gampangnya saja, yang penting hasilnya tercapai. Hasil memang penting, tapi proses untuk mencapai hasil itu lebih penting lagi. Gak percaya? Tidak usah jauh-jauh. Untuk mendapat nilai A di sekolah, banyak cara yang bisa ditempuh. Lebih baik mana, si Ali yang belajar sungguh-sungguh, atau si Mawar yang mendapat nilai atas hasil mencontek? Dua-duanya sama mendapat nilai A. Tapi proses untuk mencapai nilai A itu yang membuat si Ali jauh lebih berkualitas dibanding si Mawar. Di dunia nyata pasti akan kelihatan ketika mereka harus mengimplementasikan ilmu yang mereka miliki. Memang sudah

Cerita Setelah 4 Bulan Sekolah di Preschool HS

Tahun lalu kami sempat sangat sedih ketika mengetahui anak pertama kami, Rei (saat ini 4 tahun), ditolak masuk di sekolahnya yang sekarang. Tapi sepertinya memang Allah sudah punya rencana lain. Banyak hikmah positif yang bisa diambil dari peristiwa itu. Hikmah pertama, kami jadi berusaha lebih keras untuk mengejar “ketertinggalan” yang dialami Rei. Dari mulai mengurangi dan akhirnya menghentikan gadget, lebih banyak berinteraksi dua arah dengannya, sampai berusaha membuat bicaranya menjadi lebih jelas, bahkan lewat ahli terapi wicara. Alhamdulillah, Rei berhasil dan dinyatakan diterima di percobaan masuknya yang kedua di tahun berikutnya. Hikmah kedua adalah, kami jadi bisa lebih membandingkan hasil pendidikan antara sekolah yang satu dengan yang lainnya, dan menilai mana kurikulum yang memberikan hasil yang lebih nyata. Dan dengan begitu juga kami bisa lebih yakin apakah kami sudah membuat keputusan yang tepat. Untuk anak kedua, kami jadi bisa lebih siap dan tidak perlu melakukan