Langsung ke konten utama

Menjadi Orang Tua Adalah Ujian Kedewasaan Sesungguhnya

Menjadi orang tua adalah ujian kedewasaan sesungguhnya...
Jangan berharap segala sesuatu bisa berjalan sesuai dengan harapan dan rencana.
Bersiaplah selalu untuk menghadapi kejutan-kejutan, baik kejutan pahit maupun manis... karena hal itu pasti akan terjadi... PASTI!

Berharap si kecil sudah bisa berjalan tepat di usia 1 tahun... ternyata tidak.
Berharap si kecil sudah lancar dan jelas bicaranya di usia 2 tahun... ternyata belum.
Berharap si kecil selalu menurut dan manis di depan kita... ternyata yang ada selalu penolakan dari mulut kecilnya.

Sebaliknya,
Ketika kita mengira si kecil akan kesulitan naik sepeda roda tiga... ternyata dia begitu cepat menguasai mainan barunya.
Ketika kita mengira si kecil akan rewel ketika bertemu orang banyak... ternyata dia cukup nyaman.
Ketika kita mengira si kecil tidak bisa makan sendiri... ternyata dia begitu cepat menguasai makanannya sendiri.

Menjadi orang tua adalah ujian kedewasaan sesungguhnya...
Ini bukan waktunya lagi kita bisa merengek-rengek ketika kita menghadapi kesulitan menghadapi anak.
Ini bukan waktunya lagi kita hanya meratap dan mengharap ada pertolongan yang akan datang ketika kesulitan datang.
Anak adalah tanggung jawab penuh ayah dan ibunya.
Karena anak akan selalu mencari orang tuanya... dan menjadikan orang tuanya sebagai panutan... seberapa buruk pun kita.

Menjadi orang tua adalah ujian kedewasaan sesungguhnya...
Ketika masalah terjadi pada anak... jangan pernah kita berpikir bahwa kesalahan ada pada anak dan kita adalah "korban"nya.
Ketika kita hanya merasa menjadi korban, maka semuanya berhenti di situ, dan tidak akan ada perbaikan yang akan dilakukan.
Padahal semua ada di tangan orang tuanya... dan anak lah yang butuh pertolongan.
Pernahkah berpikir, kalau orang tua merasa menjadi korban, lalu harus ke mana si anak pergi untuk mendapat pertolongan?

Menjadi orang tua adalah ujian kedewasaan sesungguhnya...
Jangan sekali-sekali kita memberi label negatif pada anak... memang anaknya nakal, memang anaknya "begitu", memang anaknya susah.
Jangan sekali-sekali punya pikiran dan mindset yang negatif terhadap anak... karena seringkali semua itu hanya ada dalam pikiran.
Ketika mindset kita negatif... maka negatif juga lah hasil yang akan kita dapat.
Sebaliknya,
Ketika mindset kita positif... maka positif juga lah hasil yang akan kita dapat.

Menjadi orang tua adalah ujian kedewasaan sesungguhnya...
Anak adalah amanah dan titipan terindah dari Allah SWT.
Allah melahirkan setiap manusia ke dunia dalam keadaan fitrah dan baik.
Kemudian orang tuanya lah yang membentuk dia menjadi seperti ini dan seperti itu, lewat pola asuhnya.
Karena itu, jangan pernah menyalahkan anak.
Jangan pernah merasa menjadi "korban" dan tidak berdaya. Karena semua ada di tangan orang tuanya.
Dan bersyukurlah selalu bahwa kita mendapat titipan yang terindah dari Allah SWT.

Menjadi orang tua adalah ujian kedewasaan sesungguhnya...
Pernahkah berpikir bahwa setiap kali kita marah dan membentak anak, maka kita akan meninggalkan satu bekas luka di hatinya yang tidak akan hilang walapun kita meminta maaf?
Sesungguhnya tidak ada anak yang terlahir nakal... mereka hanyalah makhluk-makhluk kecil yang selalu ingin tahu, namun belum banyak mengerti konsekuensi dari segala tindakannya.
Marah bukan dan tidak akan pernah menjadi solusi, selain hanya memperburuk keadaan.
Namun bukan juga lantas kita menjadi permisif dan lemah di depan anak kita.
Anak-anak perlu pertolongan dan bimbingan... namun bukan dengan kekerasan fisik ataupun verbal.
Berusahalah kreatif... dan berusahalah menjadi contoh yang baik dan berwibawa bagi anak-anak.

Menjadi orang tua adalah ujian kedewasaan sesungguhnya...
Tidak pernah ada yang mengatakan menjadi orang tua itu gampang... tapi tidak semua orang mengira akan sesulit ini.
Karena itu jangan malas untuk membekali diri dengan ilmu sebanyak-banyaknya.
Rasulullah SAW pun memerintahkan umatnya untuk iqra... bacalah, dan bacalah terus ilmu sebanyak-banyaknya.
Karena hanya dengan ilmu yang cukup lah kita bisa mengatasi segalanya.
Kita bisa menjadi sangat panik dan emosional karena ketidaktahuan kita akan ilmunya. Sebaliknya, kita bisa juga terlalu cuek karena ketidaktahuan kita akan ilmunya.
Tapi kita bisa bersikap bijak dan tenang karena kita sudah tahu ilmunya.

Menjadi orang tua adalah ujian kedewasaan sesungguhnya...
Bersiaplah untuk selalu melakukan introspeksi diri kapan pun dibutuhkan.
Sesungguhnya ketika terjadi masalah dengan anak, semua pasti berhulu pada orang tuanya.
Karena itu selalulah introspeksi dan memperbaiki diri kapan pun dibutuhkan.
Sesungguhnya salah satu faktor keberhasilan orang tua mengasuh anak adalah seberapa terbuka dan mau orang tua untuk melakukan introspesi terhadap dirinya sendiri.

Menjadi orang tua adalah ujian kedewasaan sesungguhnya...
Berusahalah selalu mawas diri dan belajar dari pengalaman.
Berbuat salah itu wajar dan manusiawi, karena manusia adalah gudangnya salah dan khilaf.
Tidak penting siapa yang salah,
Yang penting adalah apa yang bisa kita pelajari dari kesalahan itu.
Yang penting adalah melakukan koreksi dan bagaimana bisa lebih baik ke depannya.
Celakalah kalau kita hanya berfokus pada menunjuk siapa yang bersalah.
Yang dibutuhkan adalah semangat untuk belajar dari pengalaman, baik yang benar maupun salah.
Ingat, ada insan-insan cilik yang masa depannya bergantung pada kita... anak-anak kita sendiri.
Ingat, kita membesarkan dan mendidik mereka bukan hanya untuk saat ini, tapi untuk 10-20 tahun ke depan, bahkan sepanjang hayat kita.

Menjadi orang tua adalah ujian kedewasaan sesungguhnya...
Tapi ingatlah bahwa semua yang ada di dunia adalah milik Allah SWT, termasuk anak kita.
Ketika sesuatu terasa pahit dan terbentur batu, ingatlah bahwa ada Allah SWT tempat kita berdoa dan memohon.
Jadi janganlah hanya bersedih dan meratapi nasib.
Karena sesungguhnya di balik semua kesulitan dan kepahitan, pasti selalu ada hikmahnya... PASTI!

Menjadi orang tua adalah ujian kedewasaan sesungguhnya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Tangki Cinta Anak

Ini adalah tulisan yang saya rangkum dari Bab 1-2 buku "Hypnotherapy for Children" karya Adi W. Gunawan, seorang ahli hipnoterapi. Penjelasan teori dalam buku tersebut banyak membukakan mata saya mengenai apa yang sebenarnya menjadi "akar permasalahan" ketika perilaku anak kita bermasalah. Ini sangat membantu saya memahami anak dan bagaimana saya harus bersikap dan memperlakukan anak. Bagi saya ini bukan hanya sekedar teori. Tidak ada yang mengatakan menjadi orang tua itu gampang, tapi tidak ada yang mustahil untuk ditangani selama kita berpikir positif. Karena itu saya pribadi selalu membaca dan membekali diri saya dengan ilmu parenting sebanyak-banyaknya, sambil tidak lupa selalu melakukan introspeksi diri dan open-minded , yaitu berusaha tidak menyangkal jika ada masalah dan mengakui jika kita melakukan kesalahan. Jika orang tua selalu dalam posisi  denial , sesungguhnya anak juga lah yang akan jadi korban, dan itu akan menjadi bumerang bagi orang tuanya se...

Cerita Setelah 4 Bulan Sekolah di Preschool HS

Tahun lalu kami sempat sangat sedih ketika mengetahui anak pertama kami, Rei (saat ini 4 tahun), ditolak masuk di sekolahnya yang sekarang. Tapi sepertinya memang Allah sudah punya rencana lain. Banyak hikmah positif yang bisa diambil dari peristiwa itu. Hikmah pertama, kami jadi berusaha lebih keras untuk mengejar “ketertinggalan” yang dialami Rei. Dari mulai mengurangi dan akhirnya menghentikan gadget, lebih banyak berinteraksi dua arah dengannya, sampai berusaha membuat bicaranya menjadi lebih jelas, bahkan lewat ahli terapi wicara. Alhamdulillah, Rei berhasil dan dinyatakan diterima di percobaan masuknya yang kedua di tahun berikutnya. Hikmah kedua adalah, kami jadi bisa lebih membandingkan hasil pendidikan antara sekolah yang satu dengan yang lainnya, dan menilai mana kurikulum yang memberikan hasil yang lebih nyata. Dan dengan begitu juga kami bisa lebih yakin apakah kami sudah membuat keputusan yang tepat. Untuk anak kedua, kami jadi bisa lebih siap dan tidak perlu melakukan...

Proses Lebih Penting daripada Hasil (Kaitannya dengan Pola Asuh Anak)

Pola pikir yang lebih mementingkan HASIL ketimbang PROSES sepertinya memang sudah sangat mendarah daging di masyarakat kita. Dari hal kecil yang bisa kita temui sehari-hari, sampai hal besar, semua mencerminkan kalau ‘kita’ memang lebih senang langsung menikmati hasil, tapi enggan atau malas melewati prosesnya. Ini artinya lebih banyak orang yang tidak sabar, cenderung ambil jalan pintas, dan mau gampangnya saja, yang penting hasilnya tercapai. Hasil memang penting, tapi proses untuk mencapai hasil itu lebih penting lagi. Gak percaya? Tidak usah jauh-jauh. Untuk mendapat nilai A di sekolah, banyak cara yang bisa ditempuh. Lebih baik mana, si Ali yang belajar sungguh-sungguh, atau si Mawar yang mendapat nilai atas hasil mencontek? Dua-duanya sama mendapat nilai A. Tapi proses untuk mencapai nilai A itu yang membuat si Ali jauh lebih berkualitas dibanding si Mawar. Di dunia nyata pasti akan kelihatan ketika mereka harus mengimplementasikan ilmu yang mereka miliki. Memang sudah ...