Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Mengapa Ortu Tidak Boleh Emosi Jika Anak Tidak Mau Makan

Anak balita tidak mau makan, atau yang lebih dikenal dengan istilah GTM (gerakan tutup mulut), tentu membuat ortu was was, khawatir asupan gizinya tidak mencukupi, khawatir anak menjadi lemas, khawatir anak menjadi sakit. Ini seringkali membuat ortu jadi emosi. Ujung-ujungnya ortu menjadi marah-marah, panik, bahkan memaksa anak makan. Tapi tahukah, sikap emosi ini justru lebih merusak ketimbang bermanfaat. Emosi dan marah bukanlah solusi, tapi petaka. Ortu dituntut harus tetap tenang dan sabar. Saya coba rangkum alasannya mengapa ortu harus tetap tenang menghadapi kondisi ini:

[Video] Bahaya Susu Formula dan Strategi Jahat Pemasarannya

Baru menemukan video ini sekitar 2 minggu yang lalu. Semakin terkuak buruknya susu formula dan strategi jahat pemasarannya. (Dan saya pun semakin dendam kesumat dengan susu) Melihat bidan dalam video ini, saya jadi teringat dengan dokter anak yang pernah kami kunjungi beberapa waktu lalu. Mungkin kondisinya sama dengan bidan yang diwawancarai di video ini. Lihat betapa semangat dan bangganya bidan itu menceritakan afiliasinya dengan produsen susu formula, bagaimana kuliahnya dibiayai dan peralatan prakteknya disponsori oleh si produsen susu. Sebagai timbal balik, secara tidak langsung dia menjadi duta pemasaran produk susu formula yang bersangkutan dengan menyebarkannya kepada pasiennya.

Yang Lagi Hits: Adversity Quotient

Mau mengulas sedikit mengenai tulisan yang beberapa hari terakhir ini ramai di- share hampir di semua group WA. Tulisan tentang AQ ( Adversity Quotient) ini menurut saya sangat bagus, jadi layak untuk saya simpan di blog ini. Seperti dikutip dari tulisan itu: AQ adalah kecerdasan menghadapi kesulitan atau hambatan dan kemampuan bertahan dalam berbagai kesulitan hidup dan tantangan yang dialami. Saya bukan mau membahas lebih jauh mengenai definisi tersebut. Saya hanya mau bercerita bahwa tulisan itu telah menyadarkan dan membuat saya bepikir kembali apakah kita sebagai orang tua sudah memiliki AQ yang cukup? Coba ingat-ingat lagi. Apakah kita sendiri masih gampang mengeluh ketika kita menghadapi kesulitan? Apakah kita suka mencari ' excuse ' ketika kita melakukan kesalahan (misal menyalahkan orang lain atau keadaan)? Apakah kita masih sering merasa seharusnya ada orang lain yang membantu kita ketika kita mengalami kesulitan? Apakah kita gampang marah, kesal, mengum

The Power of "Listening"

Semua orang pasti setuju bahwa untuk membina hubungan yang baik, kita harus membangun komunikasi yang baik. Kalau kita bicara masalah komunikasi, pasti yang terpikir adalah bagaimana berbicara yang baik, mengungkapkan pendapat, dan menyampaikan apa yang ada di pikiran. Tapi ada satu ilmu komunikasi yang paling penting yang justru sering orang lupakan, yaitu: “Mendengarkan” ( Listening ). Ya, “mendengarkan” justru sering diabaikan, bahkan disepelekan. Pasti semua orang berpikir mendengarkan itu gampang, jadi buat apa dibahas. Apa betul? Saya jadi teringat salah satu quote yang disebarkan orang-orang di media sosial:

My Love & Hate Relationship with Milk

Saya penikmat dan penyuka susu sapi sejak kecil. Saya termasuk yang paling rajin minum susu di antara kakak-kakak saya. Ketika saya sudah bekerja dan punya penghasilan sendiri, saya pun masih rajin membeli dan rutin meminum susu. Ketika saya punya anak, saya pun senang kalau anak saya juga senang minum susu. Ya iya, apalagi semua ibu-ibu pasti bilang: “Gak apa-apa makannya susah, yang penting minum susunya kuat.” Dan ‘Alhamdulillah’ anak pertama saya minum susunya kuat sekali. Tentu saya senang sekali, apalagi kalau sudah dipuji ibu-ibu lain yang melihat anak saya yang montok dan suka susu. Tapi itu dulu. Sekarang semua berubah 180 derajat setelah saya mengetahui fakta-fakta sebenarnya tentang susu sapi. Dan setelah saya amati, semuanya cocok dengan apa yang saya lihat dan alami selama ini. Yang menjadi pertanyaan yang mengusik adalah: apakah saya yang peminum susu ini sehat? Apakah anak pertama saya yang minum susunya kuat itu sehat? Sayangnya jawaban untuk semuanya adalah: TIDA

Teori Tangki Cinta Anak

Ini adalah tulisan yang saya rangkum dari Bab 1-2 buku "Hypnotherapy for Children" karya Adi W. Gunawan, seorang ahli hipnoterapi. Penjelasan teori dalam buku tersebut banyak membukakan mata saya mengenai apa yang sebenarnya menjadi "akar permasalahan" ketika perilaku anak kita bermasalah. Ini sangat membantu saya memahami anak dan bagaimana saya harus bersikap dan memperlakukan anak. Bagi saya ini bukan hanya sekedar teori. Tidak ada yang mengatakan menjadi orang tua itu gampang, tapi tidak ada yang mustahil untuk ditangani selama kita berpikir positif. Karena itu saya pribadi selalu membaca dan membekali diri saya dengan ilmu parenting sebanyak-banyaknya, sambil tidak lupa selalu melakukan introspeksi diri dan open-minded , yaitu berusaha tidak menyangkal jika ada masalah dan mengakui jika kita melakukan kesalahan. Jika orang tua selalu dalam posisi  denial , sesungguhnya anak juga lah yang akan jadi korban, dan itu akan menjadi bumerang bagi orang tuanya se

Mengapa Kita Harus Berhenti Mendewa-dewakan Susu Sapi

1. Komposisi susu sapi lebih cocok untuk anak sapi, bukan manusia Komposisi susu sapi sebetulnya tidak cocok untuk manusia karena memang diciptakan untuk anak sapi. Laktosa (Gula Susu) yang terkandung di dalamnya justru lebih banyak menimbulkan masalah kesehatan seperti obesitas, kolesterol, dll. Kalsium yang terkandung dalam susu sapi pun sebetulnya tidak dikenali komposisinya oleh tubuh manusia, sehingga tidak bisa diserap dengan baik. Tidak ada susu lain yang perlu manusia konsumsi selain ASI. 2. Kalsium dalam susu sapi tidak mudah diserap oleh tubuh manusia Seringkali orang mementingkan asupan susu sapi karena kandungan kalsiumnya. Padahal kalsium dari susu sapi tidak mudah diserap oleh tubuh manusia, dan justru akan menjadi “sampah” dalam tubuh. Inilah mengapa anak yang banyak mengkonsumsi susu sapi justru lebih mudah sakit. Masih banyak makanan berkalsium lain yang mudah diserap kalsiumnya oleh tubuh manusia (seperti brokoli dan lettuce). Kandungan kalsium dalam ASI mas

Juklak Memberi Makan Anak

1. Semua anak batita/balita pasti melalui fase GTM (Gerakan Tutup Mulut) Ini karena kebutuhan kalori anak memang jauh menurun ketika dia sudah melewati usia 1 tahun. Bisa dibilang ini adalah mekanisme “diet” alami dan naluriah yang dijalankan anak. Jika anak mengkonsumsi kalori dalam jumlah yang sama terus menerus seperti ketika dia belum berumur 1 tahun, anak akan tumbuh menjadi seperti bola (obesitas). Jadi bersiaplah menghadapi hal ini dan dampingi anak dengan sabar. 2. Jadikan dan tumbuhkan pemahaman bahwa makan merupakan kebutuhan , caranya: Beri makan pada interval teratur selang 3-4 jam . Biasakan beri makan pada interval teratur tanpa ada pemberian makanan di antaranya. Ini demi mendorong nafsu makan anak pada saat jam makan. Masa pertumbuhan bukan berarti anak harus makan setiap saat . Memang betul anak masih dalam masa pertumbuhan, tapi ini bukan berarti anak harus makan terus menerus. Lebih baik memberlakukan interval makan yang jelas seperti di atas sehingga anak