Langsung ke konten utama

Buku Parenting: Hunt, Gather Parent

May be an image of book and text that says "Hunt, Gather, Parent What Ancient Cultures Can Teach Us About the Lost Art of Raising Happy, Helpful Little Humans MICHAELEEN DOUCLEFF, PHD"May be an image of text that says "Territories, Canada. He writes: Kids are considered to be extremely bossy. Since they have not yet incorporated the culturally valued norms of patience, generosity, and self-restraint, kids often make excessive demands of others and become greatly upset if these forthcoming. Children are also viewed as being overly aggressive, stingy, exhibitionist, all bebaviors viewed antithetical to ideal bebavioral norms. are not and as And so there's no reason to get angry when a small child is rude, screams in your face, or strikes out. It's not a reflection of a parent's skills, but a mere reflection of the way that"

Sekian tahun jadi orang tua, ternyata saya masih harus banyak belajar. Mengandalkan instink saja itu tidak cukup. Berpikir anak akan baik2 saja dan akan berubah atau mengerti sendiri ketika sudah besar itu juga bukan pemikiran yang bijak, karena kenyataannya tidak demikian. Anak itu harus dilatih. Semua harus dibina dan dipikirkan sejak awal, kalau kita tidak mau segalanya terlambat dan akhirnya frustrasi sendiri.

Sayangnya, tidak ada sekolah untuk orang tua, atau kursus bersertifikat untuk bisa jadi ortu handal, jadi mau gak mau harus belajar dan cari sendiri sumber2 ilmunya.

Di saat merasa butuh, nemu buku ini yang isinya bagus banget. Buku parenting yang menurut saya sangat unik karena berisi tentang cerita pengalaman nyata seseorang yang melakukan penelitian, termasuk untuk bisa menangani anaknya sendiri. 

Beberapa ilmu parenting yang disebutkan di buku ini sedikit banyak sudah saya ketahui dan menjadi penegasan kembali akan apa yang sudah saya praktekkan, tapi masih banyak lagi ilmu2 baru yang sangat mencerahkan serta membuka mata dan pikiran saya.

Membaca buku itu bukan kelamaan. Membaca buku itu bukan jadi kebanyakan teori. Tapi dari baca buku2 seperti inilah justru saya jadi banyak tercerahkan dan terbuka pikirannya. Dan dari ilmu2 seperti inilah saya bisa survive menghadapi 3 lelaki kecil di rumah dan tetap waras sampai saat ini. Tapi bukan cuma 1-2x saya hilang kontrol ketika menghadapi anak2, yang bikin saya jadi merasa sangat bersalah karena telah menjadi ortu yang buruk.

Yang penting mau terus belajar, introspeksi diri, cepat mengoreksi diri, dan berusaha lebih baik. Membaca buku2 seperti ini bagi saya serasa seperti beristirahat di oase di tengah gurun untuk menyegarkan pikiran. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Tangki Cinta Anak

Ini adalah tulisan yang saya rangkum dari Bab 1-2 buku "Hypnotherapy for Children" karya Adi W. Gunawan, seorang ahli hipnoterapi. Penjelasan teori dalam buku tersebut banyak membukakan mata saya mengenai apa yang sebenarnya menjadi "akar permasalahan" ketika perilaku anak kita bermasalah. Ini sangat membantu saya memahami anak dan bagaimana saya harus bersikap dan memperlakukan anak. Bagi saya ini bukan hanya sekedar teori. Tidak ada yang mengatakan menjadi orang tua itu gampang, tapi tidak ada yang mustahil untuk ditangani selama kita berpikir positif. Karena itu saya pribadi selalu membaca dan membekali diri saya dengan ilmu parenting sebanyak-banyaknya, sambil tidak lupa selalu melakukan introspeksi diri dan open-minded , yaitu berusaha tidak menyangkal jika ada masalah dan mengakui jika kita melakukan kesalahan. Jika orang tua selalu dalam posisi  denial , sesungguhnya anak juga lah yang akan jadi korban, dan itu akan menjadi bumerang bagi orang tuanya se...

Cerita Setelah 4 Bulan Sekolah di Preschool HS

Tahun lalu kami sempat sangat sedih ketika mengetahui anak pertama kami, Rei (saat ini 4 tahun), ditolak masuk di sekolahnya yang sekarang. Tapi sepertinya memang Allah sudah punya rencana lain. Banyak hikmah positif yang bisa diambil dari peristiwa itu. Hikmah pertama, kami jadi berusaha lebih keras untuk mengejar “ketertinggalan” yang dialami Rei. Dari mulai mengurangi dan akhirnya menghentikan gadget, lebih banyak berinteraksi dua arah dengannya, sampai berusaha membuat bicaranya menjadi lebih jelas, bahkan lewat ahli terapi wicara. Alhamdulillah, Rei berhasil dan dinyatakan diterima di percobaan masuknya yang kedua di tahun berikutnya. Hikmah kedua adalah, kami jadi bisa lebih membandingkan hasil pendidikan antara sekolah yang satu dengan yang lainnya, dan menilai mana kurikulum yang memberikan hasil yang lebih nyata. Dan dengan begitu juga kami bisa lebih yakin apakah kami sudah membuat keputusan yang tepat. Untuk anak kedua, kami jadi bisa lebih siap dan tidak perlu melakukan...

Proses Lebih Penting daripada Hasil (Kaitannya dengan Pola Asuh Anak)

Pola pikir yang lebih mementingkan HASIL ketimbang PROSES sepertinya memang sudah sangat mendarah daging di masyarakat kita. Dari hal kecil yang bisa kita temui sehari-hari, sampai hal besar, semua mencerminkan kalau ‘kita’ memang lebih senang langsung menikmati hasil, tapi enggan atau malas melewati prosesnya. Ini artinya lebih banyak orang yang tidak sabar, cenderung ambil jalan pintas, dan mau gampangnya saja, yang penting hasilnya tercapai. Hasil memang penting, tapi proses untuk mencapai hasil itu lebih penting lagi. Gak percaya? Tidak usah jauh-jauh. Untuk mendapat nilai A di sekolah, banyak cara yang bisa ditempuh. Lebih baik mana, si Ali yang belajar sungguh-sungguh, atau si Mawar yang mendapat nilai atas hasil mencontek? Dua-duanya sama mendapat nilai A. Tapi proses untuk mencapai nilai A itu yang membuat si Ali jauh lebih berkualitas dibanding si Mawar. Di dunia nyata pasti akan kelihatan ketika mereka harus mengimplementasikan ilmu yang mereka miliki. Memang sudah ...