Langsung ke konten utama

Berurusan dengan Anak Kinestetik

Baru menemukan artikel di bawah ini dari suatu website luar, dan baru sadar bahwa anak pertama saya, Rei, sesungguhnya memang tipe anak kinestetik.

Inilah penjelasannya kenapa dia:

  1. Tidak bisa duduk diam dalam waktu yang lama di manapun dia berada (A child who has a kinaesthetic learning style cannot just sit still)
  2. Selalu ingin mencoba benda baru tanpa menunggu penjelasan dulu tentang cara menggunakannya (cannot just sit still and wait for information to be given. They surpass in finding out things for themselves without any needs for guidance.)
  3. Selalu ingin tahu cara bekerja suatu benda atau mainan. Itulah kenapa mainan di rumah banyak yang dibongkar sampai tidak berbentuk lagi (he or she is fond of tinkering with toys, trying to find out how they work)
  4. Tidak pernah protes kalau diajak pergi ke manapun, bahkan ke tempat-tembat yang tidak ada mainan di situ (mis. toko baju), tapi dia tetap bisa menghibur dirinya sendiri dengan berlari-lari atau bermain dengan benda apa saja yang dia temui (For them, the world is just a huge playground full of wonderful things they want to discover and explore.)


Memang lumayan repot berurusan dengan tipe anak kinestetik, karena tipe anak seperti ini benar-benar selalu ingin bergerak. Bahkan ketika perjalanan di mobil pun, dia tidak bisa diam, sebentar duduk di depan, kemudian mau pindah ke belakang, pindah posisi duduk, berganti gaya duduk, dan seterusnya. Di rumah pun juga seperti itu, tidak bisa diam di kamar terus dalam waktu yang lama (kecuali tidur). Sangat salah kalau kita berpikir bisa menyuruh si anak kinestetik berdiam diri di kamar menemani kita dengan damai dan tenang.

Sepertinya tipe anak kinestetik ini memang perlu bergerak terus untuk membuat otaknya berkembang. Dan hal tersebut sampai kapanpun tidak akan bisa diredam. Berusaha meredamnya sama saja membuat otaknya menjadi tidak berkembang. Karena itu saya pun tidak berusaha meredamnya. Lebih baik saya mengikuti ritmenya, memfasilitasinya, dan menjaganya, daripada harus berteriak-teriak terus menerus.

Untuk urusan sekolah pun kita harus peka dan bisa mencarikan sekolah yang cocok. Sudah kejadian Rei sering 'bengong' di sekolahnya yang dulu, karena menurut saya sekolahnya itu tidak bisa memfasilitasi tipe anak seperti Rei, karena konsep pengajarannya yang lebih banyak satu arah. Dia lebih cocok dimasukkan ke sekolah di mana dia bebas bergerak dan bisa mengeksplorasi segala sesuatunya sendiri. Terbukti, di sekolahnya sekarang yang menganut konsep 'active learning' dia jauh terlihat lebih happy dan tidak pernah bengong di kelas lagi. Kepercayaan dirinya pun meningkat.

Saya percaya Allah menciptakan setiap anak di dunia dengan tujuan yang baik. Karena itu sejak awal saya menolak menyebut anak saya nakal atau sebutan negatif lainnya, dan selalu mencari cara untuk bisa menghadapinya secara baik dan positif. Terbukti sekarang dia menjadi anak yang ceria dan menyenangkan di usianya yang belum genap 4 tahun, meskipun masih sering juga membuat kita kerepotan.

Memang repot, tapi dia adalah salah satu anugerah terindah dari-Nya.

Kutipan artikelnya:

Kinaesthetic learning style in children

Understanding how your child learns can make their education a better experience for all. When parents know their child's best way to learn, they can help their child learn more effectively.
A child who has a kinaesthetic learning style cannot just sit still and wait for information to be given. They surpass in finding out things for themselves without any needs for guidance.
Kinaesthetic learners always seem to be moving around because they see their surroundings differently. For them, the world is just a huge playground full of wonderful things they want to discover and explore.
Your child is probably a kinesthetic learner if he or she is fond of tinkering with toys, trying to find out how they work. They are also quick learners, especially when left alone to examine a particular object. These children can quickly put one and one together and have a great capacity to understand complex processes and procedures. A student who exhibits this particular learning behaviour is always at the forefront of experimentation and exploration.
They excel in discovering how machines operate and how a process works. Students of this particular behaviour are more of doers than thinkers. If your child shows an extreme fondness of taking things apart to discover how they function, you should consider home schooling. They should be given the opportunity to excel in their studies using their natural skills.

Kinaesthetic or tactile learners

These learners like to be actively involved in the learning process, and learn best through hands-on activities and movement. Other kinaesthetic characteristics are they:
  • want to actually do whatever is being talked about or learned
  • like to move around while listening or talking
  • often “talk” with their hands
  • like to touch things in order to learn about them
  • remember events by recalling who did what rather than who said what

Worth noting: These types of learners can be misdiagnosed as or troublemakers because the more tradition visual or auditory learning styles just don’t work for them.

Komentar

  1. Assalamualaikum Bunda saya Puput salam kenal, boleh minta info untuk nama sekolah anak bunda itu apa dan adanya dimana ya ? Karena anak saya juga saat ini usianya pun belum genap 4 tahun saat ini berusia 3 tahun 9 bulan sudah saya masukkan sekolah playgroup dan disekolah ini sepertinya juga blom bisa membantu untuk gaya belajar anak saya dan secara ciri2 yg Bun tulis di artikel itu sama persis seperti karakter anak pertama saya. Saya dan suami pun agak sulit untuk mencarikan sekolah yg sesuai dengan karakteristik anak saya tersebut Bun untuk di sekitar rumah kami di Jakarta Utara dan kamipun sudah pernah mencoba trial di salah satu tempat kalistung dan anak kami dinilai sebagai karakter kinestetik. Mohon tanggapannya ya Bun, terimakasih

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Teori Tangki Cinta Anak

Ini adalah tulisan yang saya rangkum dari Bab 1-2 buku "Hypnotherapy for Children" karya Adi W. Gunawan, seorang ahli hipnoterapi. Penjelasan teori dalam buku tersebut banyak membukakan mata saya mengenai apa yang sebenarnya menjadi "akar permasalahan" ketika perilaku anak kita bermasalah. Ini sangat membantu saya memahami anak dan bagaimana saya harus bersikap dan memperlakukan anak. Bagi saya ini bukan hanya sekedar teori. Tidak ada yang mengatakan menjadi orang tua itu gampang, tapi tidak ada yang mustahil untuk ditangani selama kita berpikir positif. Karena itu saya pribadi selalu membaca dan membekali diri saya dengan ilmu parenting sebanyak-banyaknya, sambil tidak lupa selalu melakukan introspeksi diri dan open-minded , yaitu berusaha tidak menyangkal jika ada masalah dan mengakui jika kita melakukan kesalahan. Jika orang tua selalu dalam posisi  denial , sesungguhnya anak juga lah yang akan jadi korban, dan itu akan menjadi bumerang bagi orang tuanya se...

Cerita Setelah 4 Bulan Sekolah di Preschool HS

Tahun lalu kami sempat sangat sedih ketika mengetahui anak pertama kami, Rei (saat ini 4 tahun), ditolak masuk di sekolahnya yang sekarang. Tapi sepertinya memang Allah sudah punya rencana lain. Banyak hikmah positif yang bisa diambil dari peristiwa itu. Hikmah pertama, kami jadi berusaha lebih keras untuk mengejar “ketertinggalan” yang dialami Rei. Dari mulai mengurangi dan akhirnya menghentikan gadget, lebih banyak berinteraksi dua arah dengannya, sampai berusaha membuat bicaranya menjadi lebih jelas, bahkan lewat ahli terapi wicara. Alhamdulillah, Rei berhasil dan dinyatakan diterima di percobaan masuknya yang kedua di tahun berikutnya. Hikmah kedua adalah, kami jadi bisa lebih membandingkan hasil pendidikan antara sekolah yang satu dengan yang lainnya, dan menilai mana kurikulum yang memberikan hasil yang lebih nyata. Dan dengan begitu juga kami bisa lebih yakin apakah kami sudah membuat keputusan yang tepat. Untuk anak kedua, kami jadi bisa lebih siap dan tidak perlu melakukan...

Proses Lebih Penting daripada Hasil (Kaitannya dengan Pola Asuh Anak)

Pola pikir yang lebih mementingkan HASIL ketimbang PROSES sepertinya memang sudah sangat mendarah daging di masyarakat kita. Dari hal kecil yang bisa kita temui sehari-hari, sampai hal besar, semua mencerminkan kalau ‘kita’ memang lebih senang langsung menikmati hasil, tapi enggan atau malas melewati prosesnya. Ini artinya lebih banyak orang yang tidak sabar, cenderung ambil jalan pintas, dan mau gampangnya saja, yang penting hasilnya tercapai. Hasil memang penting, tapi proses untuk mencapai hasil itu lebih penting lagi. Gak percaya? Tidak usah jauh-jauh. Untuk mendapat nilai A di sekolah, banyak cara yang bisa ditempuh. Lebih baik mana, si Ali yang belajar sungguh-sungguh, atau si Mawar yang mendapat nilai atas hasil mencontek? Dua-duanya sama mendapat nilai A. Tapi proses untuk mencapai nilai A itu yang membuat si Ali jauh lebih berkualitas dibanding si Mawar. Di dunia nyata pasti akan kelihatan ketika mereka harus mengimplementasikan ilmu yang mereka miliki. Memang sudah ...